Minggu, 13 April 2014

Resensi Buku Food Combining di Koran Jakarta

Optimis itu penting..begitulah yang kupetik hari minggu kemarin. Ketika rutinitas mengasuh buah hati terasa melelahkan raga, ada kejutan yang menghibur dan membangkitkan semangat hidup. Resensi yang kupikir ditolak karena adanya balasan sepeti ini: 
My dear,
untuk lain kali silakan mencari buku yang agak serius (200 halaman lebih), jangan 100 -an halaman
Ini bicara kombinasi makan tapi tidak diberi contoh combining-nya dalam resensi. 
salam
redaksi
Membuat pikiran sempat ketar ketir juga lega karena respon mereka. Terima kasih Koran Jakarta yang sudah bersedia memuat. Lainkali akan menjadi pembelajaran buat saya..:)
Dan inilah hasil tulisan saya yang saya kirimkan hari sabtu malam dan terbit kamis malam juga (10 April 2014).
Mengubah Pola Makan demi Bonus Sehat

Foto: ISTIMEWA
Ketika masuk ke sebuah rumah makan, sering kali seseorang dipusingkan dengan menu. Bukan masalah kantong cekak, tapi lebih faktor usia dan penyakit keturunan. Keluhan sakit kepala, perut kembung, asam urat, hipertensi, dan penyakit berat lain menjadi sumber kendalanya. 
Kambing hitamnya tentu saja makanan. Food combining (FC) menjadi jembatan bagi mereka yang ingin kembali sehat, tanpa harus pusing mengatur pola makan layaknya seseorang yang berdiet ketat.    
FC bukanlah sebuah tren, bukan pula ilmu baru. Pola ini sudah banyak dijalankan sejak Perjanjian Lama. “Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, Taurat Musa, tertera beberapa pokok penting yang senada dengan prinsip dasar FC,” (hal 30). 
Namun, akibat gaya hidup dan berbagai kemudahan, pola makan yang sehat itu bergeser menjadi sembarangan karena enak. Efeknya penyakit yang semula hanya menyerang orang tua mulai menggerogoti anak muda juga. Kini FC kembali populer karena masyarakat mulai sadar kesehatan. 
FC adalah sebuah cara memilih hidup lebih sehat dan menyayangi organ-organ dalam. Sesuai dengan namanya, FC merupakan upaya mengombinasikan makanan sesuai dengan cara kerja tubuh untuk menghindari pemborosan energi karena memasukkan beragam makanan dalam satu waktu agar terjadi kondisi homeostatis (hal 35). 
Bonus sehat dan umur panjang lantaran organ tubuh sehat adalah buah jangka panjang FC.
Namun, untuk mendapat bonus itu perlu kedisiplinan. Buku ini membantu para pemula mencapai keseimbangan. Erikar Lebang sebagai pelaku FC selama hampir 15 tahun berhasil menjabarkannya dengan ringan dan sederhana. Dimulai dari mengenalkannya pada jenis makanan yang biasa dikonsumsi, waktu makan, hingga cara menyantap. 
Memang memilih bahan makanan menjadi perhatian awal dalam memenuhi hasrat perut. Namun pati, protein, sayuran, dan buah tidak boleh asal dipilih dan dikonsumsi (hal 41) karena FC lebih menekankan unsur gizi agar tubuh berfungsi maksimal. Makanan yang akan dicerna harus mengandung vitamin, enzim, dan mineral.
Ritme Sirkadian atau ritme biologis menjadi acuan berikutnya (hal 48). Waktu makan terbagi tiga: waktu cerna, waktu penyerapan, dan waktu pembersihan.
Dibanding pola makan umumnya, waktu pembersihan jauh berbeda dari kebiasaan makan orang awam. 
Masa pembersihan dalam FC dilaksanakan pada jam-jam sibuk seperti pagi hingga pukul 12.00. Makanan yang dikonsumsi pun berbeda, yaitu buah dan sayuran, bukan nasi dan lauk pauk.
Cara mengonsumsi juga dianggap penting. Makan tak bisa asal mengombinasikan nasi dan ayam rendang atau nasi dan ayam goreng seperti sering dilihat dalam resto cepat saji. Jangan kaget, FC memang mendobrak pola kebiasaan yang berlaku di kalangan pencinta kuliner.
FC memadupadankan bahan makanan ideal menjadi pati–sayuran dan protein hewani–sayuran (hal 51). Di luar itu, bahan makanan yang digabungkan akan menimbulkan masalah pencernaan. 
Ritual makan pun harus diperhatikan (hal 56). Ritual yang benar akan membantu proses pencernaan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Nah, jika diikuti dengan benar dan tepat, pola ini sempurna di antara gaya hidup sehat ala diet. 
FC memahami betul kebutuhan organ manusia. Salah satunya mengutamakan air putih sebagai pemeran utama sistem kerja tubuh. Tubuh jangan sampai haus. Jika rasa itu muncul, sinyal dehidrasi.
“Sejatinya, rasa haus, terutama bibir kering, adalah alarm tubuh akan kebutuhan air pada level terakhir” (hal 75).
Beras, roti, sereal, keju, es krim, hingga sosis adalah sekelumit makanan populer yang ternyata tidak selalu baik untuk tubuh.

Diresensi Ketty Husnia, Sarjana Pertanian Universitas Gadjah Mada


Judul       : Food Combining Itu Gampang
Penulis     : Erikar Lebang
Penerbit   : Qanita, PT Mizan Pustaka
Terbit      : Oktober 2013
Tebal      : 105 Halaman
Harga     : Rp55.000,00
ISBN      : 978-602-9225-73-0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejakmu kawan! dan selamat bereksperimen!